Laporan praktikum pengamatan platyhelminthes, planaria, polychetae
Pengamatan platyhelminthes dan Annelida
Bela Septian Trifianti
Tadris Biologi, Tarbiyah, IAIN Jember
NIM: T20158031
ABSTRAK
Praktikum porifera dan cnidaria inibertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi karakter morfologi specimen Platyhelminthes dan annelida berdasarkan kunci identifikasi, untuk mengklasifikasikan specimen Platyhelminthes dan annelida dan juga membuat dandogram specimen Platyhelminthes dan annelida, praktikum ini dilaksanakan pada waktu siang hari bertepat di hari senin di laboratorium terpadu IAIN jember.. kesimpulan dari praktikum ini bahwasanya sampel yang kami amati yaitu annelida, cacing laut,planaria dan polychaetae. Masing-masing cacing berbeda struktur anatomi maupun morfologinya. Dan mempunyai keunikan tersendiri.
Kata kunci: Platyhelminthes /praktikum; annelida /
.
PENDAHULUAN
Cacing tanah tergolong ke dalam Filum Annelida. Annelida berasal dari kata “Annulus” yang berarti cincin. Tubuh hewan ini terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen (Simandjuntak dan Walujo,1982). Cacing tanah dikelompokkan dalam ordo Oligochaeta. Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo=sedikit, chaetae=rambut kaku) merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta terdiri atas dua subordo yakni Archioligochaeta memiliki jumlah seta tidak sama setiap segmen, saluran jantan membuka pada satu segmen eksterior. Subordo Neooligochaeta (seta lumbricin atau perichaetin, lubang jantan tidak teratur pada segmen belakang saluran) (Stephenson, 1923). Di Indonesia telah diketahui terdapat 55 jenis cacing tanah
Ayat Al-Qur'an surat An-Nur ayat 45
Artinya : dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Cacing tanah sering merupakan komponen utama biomas makrofauna di dalam tanah. Hal ini disebabkan cacing tanah hidup kontak langsung dengan tanah dan memiliki kontribusi penting terhadap proses siklus unsur hara di dalam lapisan tanah, tempat akar tanaman terkonsentrasi. Selain itu lubang yang dibuat cacing tanah sering merupakan proporsi utama ruang pori makro di dalam tanah, sehingga cacing tanah dapat secara nyata mempengaruhi kondisi tanah yang berhubungan dengan hasil tanaman. Cacing tanah merupakan organisme tanah heterotrof, bersifat hermaprodit- biparental dari Philum Annelida, Kelas Clitellatta, Ordo Oligochaeta, dengan Famili
Lumbricidae dan Megascolecidae yang banyak dijumpai di lahan pertanian. Setelah melakukan kopulasi cacing tanah akan membentuk kokon pada klitelum sebagai tempat berkembangnya embrio. Kopulasi dan produksi telur biasanya dilakukan pada bulan-bulan panas. Megascolecidae banyak dijumpai di daerah tropika dan subtropika, sedangkan Lumbricidae merupakan jenis cacing tanah “camp followers” yang banyak tersebar pada tanah-tanah pertanian atau pada tempat-tempat kegiatan manusia yang banyak melakukan pemindahan tanah. Annelida mempunyai koloni di laut, air tawar, dan darat. Lebih dari 3500 spesiesnya disebut cacing tanah (Oligochaeta) yang hidup di dalam tanah termasuk di suspensi tanah pada akar tanaman, khususnya pada daerah hutan tropik basah, yang lainnya hidup di lumpur bawah permukaan air tawar atau dasar laut..
Cacing tanah ini merupakan bagian penting dari bentik fauna Cacing tanah mampu hidup 1−10 tahun dan dalam proses hidupnya dapat hidup melalui fragmentasi ataupun reproduksi dengan melakukan kopulasi membentuk kokon. Kopulasi dan produksi kokon biasanya dilakukan pada bulan panas. Anak cacing tanah menetas dari kokon setelah 2−3 minggu inkubasi, dan 2−3 bulan selanjutnya anak tersebut telah dewasa. Berdasarkan jenis makanan, cacing tanah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1) geofagus (pemakan tanah), 2) limifagus (pemakan tanah subur atau tanah basah), dan 3) litter feeder (pemakan bahan organik) (Lee 1985; Coleman dan Crossley 1996). Cacing tanah juga dapat dike- lompokkan berdasarkan tempat hidup, kotorannya, kenampakan warna, dan makanannya, yaitu epigaesis, anazesis, dan endogaesis (Tabel 1). Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah, karena tidak memiliki tulang belakang (invertebrata).
Cacing tanah tergolong ke dalam Filum Annelida. Annelida berasal dari kata “Annulus” yang berarti cincin. Tubuh hewan ini terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen (Simandjuntak dan Walujo,1982). Cacing tanah dikelompokkan dalam ordo Oligochaeta. Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo=sedikit, chaetae=rambut kaku) merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta terdiri atas dua subordo yakni Archioligochaeta memiliki jumlah seta tidak sama setiap segmen, saluran jantan membuka pada satu segmen eksterior. Subordo Neooligochaeta (seta lumbricin atau perichaetin, lubang jantan tidak teratur pada segmen belakang saluran) (Stephenson, 1923). Di Indonesia telah diketahui terdapat 55 jenis cacing tanah.
Dikatakan oleh Dewi (2007) bahwa cacing tanah epigeic peran utamanya adalah sebagai aktor pelumat dan pemotong seresah daun dan mentransformasikan menjadi bahan organik yang lebih stabil cacing ini tidak membentuk liang, berukuran kecil dan berwarna. Sedang cacing tanah anesic makan tanah dan seresah dipermukaan tanah kemudian dibawa masuk kedalam tanah, cacing ini berukuran besar; untuk bagian dorsal berwarna. Untuk cacing tanah endogeik adalah cacing tanah yang hidup dan memperoleh makanan didalam tanah, cacing ini tidak berwarna.
Cacing laut termasuk dalam filum Annelida kelas Polychaeta (Fauchald, 1977). Polychaeta berasal dari bahasa latin yang terdiri atas Poly dan chetae, poly artinya banyak sedangkan chetae merupakan bagian yang menyerupai rambut yang terletak di pinggir kanan dan kiri badan cacing. Ciri khas dari Polychaeta adalah banyaknya chetae yang terlihat seperti kaki-kaki di seluruh badannya. Anggota filum Annelida yang telah teridentifikasi sekitar 9.000 spesies dan sebagian besar terdiri atas Polychaeta sebanyak 8.000 spesies. Karena banyaknya spesies Polychaeta sehingga untuk membedakannya diperlukan keahlian antara spesies yang satu dengan yang lainnya. Bagian-bagian badan utama cacing laut pembeda famili dan genus adalah prostomium, peristomium, farink, parapodia, dan setae.
As their name implies, the body of segmented worms is divided into many segments, exactly like common earthworms. Segmented worms come in many different shapes and sizes. These worms can be both male and female at the same time, while others can change their gender. Some segmented worms look like feather dusters and live in tubes that they make themselves from sand, mud and mucus. If they something approaches too close they retract into their tube for safety. Other segmented worms, like Christmas tree worms burrow into live massive corals and use their feathery tentacles to.
Planaria merupakan salah satu spesies cacing pipih (Platyhelminthes) yang memiliki habitat di daerah dengan temperatur 18 -24'C dengan ketinggian antara 500 -1500 m dpl. Tubuh planaria tersusun dari bagian cranial, trunchus dan caudal. Bagian cranial terdapat kepala dengan sepasang eye spot yang berfungsi sebagai fotoreseptor dan sepasang auricle yang terletak dibagian lateral tubuh. Planaria merupakan hewan triploblastik aselomata dengan bentuk tubuh simetri bilateral. Tubuh planaria tersusun solid tanpa adanya coelom. Semua tempat yang terletak diantara organ viseral tersusun oleh mesenkim, yang lebih dikenal dengan sebutan parenkim Sistem pencernaan planaria tersusun atas mulut, pharynx, dan percabangan-percabangan intes) tin. Makanan masuk melalui mulut, melewati pharynx kemudian didistribusikan ke percabangan intestin untuk diabsorbsi. Planaria banyak digunakan sebagai indikator kualitas perairan terutama perairan tawar dimana perairan yang terdapat planaria hampir dapat dipastikan belum tercemar.
pada perairan tawar. Planaria merupakan hewan Avertebrata yang banyak sekali digunakan sebagai objek penelitian terutama karena kemampuan regenerasinya yang sangat tinggi. Beberapa spesies planana yang memiliki kemampuan regenerasi sangat tinggi mampu mengganti atau mereparasi bagian tubuh yang hilang atau rusak melalui pembentukan blastema. Kemampuan regenerasi pada planaria disebabkan oleh adanya pembentukan jaringan blastema serta adanya remodeling jaringan yang sudah ada sebelumnya.
METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin di waktu siang hari . Tempat praktikum di laboratorium terpadu IAIN jember. Bahan yang digunakan adalah 1. Specimen Platyhelminthes. 2. Specimen annelida. Sedangkan alat yang digunakan adalah 1. Alat seksi. 2. Papan seksi. 3. Kaca pembesar. 4. Penggaris. 5. Jarum pentul. 6. Buku identifikasi. 7. Lembar pengamatan dan alat tulis. Prosedur percobaan pertama pada pengamatan Platyhelminthes 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Letakkan specimen diatas papan seksi. 3. Amati specimen dengan menggunakan kaca pembesar (loup). 4. Catat karakter morfologi yang meliputi: a. bentuk tubuh. b. daerah anterior dan posterior. c. warna tubuh. d. simetri tubuh. e. ukuran tubuh (panjang dan lebar). 5. Gambarlah secara skematis specimen dan beri keterangan bagian-bagian tubuh yang ditunjuk yaitu planaria : a. kepala dan badan. b. anterior dan posterior. c. eyespot. d. auricle. e. mulut. f. pharynx. g. rongga gastrovascular 6. Tulis klasifikasinya mulai tingkat kingsom sampai spesies, tulis kunci identifikasinya dan buatlah dendogram berdasarkan karakter morfologi yang telah diamati. 7. Analisis hasil pengamatan. Prosedur ke dua pada pengamatan annelida 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Letakkan specimen diatas papan seksi . 3. Amati specimen dengan menggunakan kaca pembesar (loup). 4. Catat karakter morfologi yang meliputi: a. bentuk tubuh. b. Daerah anterior dan posterior. c. warna tubuh. d. simetri tubuh. e. ukuran tubuh (panjang dan lebar). 5. Gambarlah secara skematis specimen dan beri keterangan bagian-bagian tubuh yang ditunjuk yaitu pertama polychaeta: a. parapodia. b. palpi. c. prostomium. d. peristomial ciri (tentacles). e. peristome. f. setae. g. mulut. h. mata. i. pigidium dan anus. j. cirrus. k. pembuluh darah dorsal. l. atoke dan epitoke, tunas (bud). m. segmen atau metamer. Kedua cacing tanah: a. pygidium. b. prostomium. c. mulut. d. segmen atau metamer. e. clitellum. f. pembuluh darah dorsal. g. setae. h. segment 10. i. opening of ductus deferens. j. female genital pore. k. anus . 6. Tulis klasifikasinya mulai tingkat kingdom sampai spesies, tulis kunci identifikasinya dan buatlah dendogram berdasarkan karakter morfologi yang telah diamati. 7. Analisis hasil pengamatan.
Hasil
PEMBAHASAN
Dari hasil tersebut diperoleh bahwa ada 4 cacing yang kami teliti yaitu annelida, cacing laut,planaria dan polychaetae. Masing-masing cacing berbeda struktur anatomi maupun morfologinya. Pada platyhelmintes cacing laut yang telah diamati termasuk kingdom animalia Filum plathyhelmintes Class polycladidae Ordo policladida Family Pseudoceotidae Genus pseudobiceros. Bentuk morfologinya yaitu Bentuk Tubuh melebar, daerah anterior dan posterior warna tubuh putih kekuningan dengan bintik coklat ,simetri tubuh simetris bilateral. Sedangkan pada annelida termasuk Kingdom animalia , family Annelida, Class cliteliata , Ordo Haplotaxida Family lumbricidae , Genus lumbricus , Spesies lumbricus Sp. Bentuk morfologinya bentuk tubuh : memanjang dan bersegmen daerah anterior dan posterior terlihat jelas, warna tubuh hitam kecoklatan simetri tubuh simetri bilateral ukuran tubuh p= 18 cm dan L=0,6 cm cilitelium berada pada sigmen ke 11-16, lubang vas deveres berada pada segmen ke 20. Pada Polychetae termasuk kingdom animalia filum annelida class polychaeta sub kelas aciculate ordo phyllodocida
family nereididae genus alitta. Karakter morfologinya bentuk tubuh memanjang dan bersegmen
warna tubuh hijau kekuningan simetri tubuh simetri bilateral ukuran tubuh p= 1 cm, l= ²,4 cm. planaria termasuk kingdom animalia filum platyhelminthes kelas rhabditophora ordo tridodida family dugesiidae genus dugesia spesies dugesia s. karakteristik morfologi nya bentuk tubuh pipih
daerah anterior dan posterior warna tubuh coklat bening simetri tubuh bilateral panjang tubuh 0,4 cm /4mm.
Reproduksi cacing planaria dengan cara seksual dan aseksual . cara seksual dilakukan dengan dua planaria saling melekat pada sisi ventral-posterior tubuhnnya dan terjadi kopulasi, penis masing-masing dimasukkan kedalam atrium genitalis. Sperma dari vesikula seminalis pada sistem reproduksi jantan masing-masing masuk ke seminal receptacle cacing sepasangnya, saling bertukar sperma dari janan ke organ kelamin betina disebut fertilisasi internal. Polychaeta memiliki panjang 5-10 cm dan diameter 2-10 mm. warna sangat indah, merah,kesumba, hijau, atau perpaduan beberapa warna.
SIMPULAN
Pada praktikum yang telah kami lakukan annelida, cacing laut,planaria dan polychaetae. Masing-masing cacing berbeda struktur anatomi maupun morfologinya. Dan mempunyai keunikan tersendiri. Platyhelminthes mempunyai anterior, ocelli, fariynx, Male genopore, female genopore, oviduk investine, Posterior, Annelida Clitellum segmen ke 30 anterior, posterior, lubang vasopterens, Anus, mulut, Segmen ke 10. Ciri-ciri khas Platyhelminthes yaitu tubuh simetri bilateral, epidermis atau ektodermis lunak, sistem pencernaan tidak lengkap, reproduksi sesual.
DAFTAR PUSTAKA
Http://biosmaga.files.wordpress.com/2011/04/platyhelminthes.pdf diakses pada 23 maret 2018
Architectonics of the central nervous system of Acoela, Platyhelminthes, and Rotifera (http://link.springer.com/article/10.1134/5002209300801012) diakses pada 23 maret 2018
Mengenal Jenis-Jenis Cacing Laut dan Peluang Budidayanya untuk Penyediaan Pakan Alami di Pembenihan Udang
(http://ejournal-litbang.kkp.go.id/index.php/ma.article/view/363) diakses pada 23 maret 2018
Jenis-jenis Cacing Tanah (Oligochaeta) yang Terdapat di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai Sumetra Barat
(http://jbioua.fmipa.unand.ac.id/index.php/jbioua/article/view/94) diakses pada 23 maret 2018
Prospek Cacing Tanah untuk Pengembangan Teknologi Resapan Biologi di Lahan Kering (http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3274085.pdf ) diakses pada 23 maret 2018
Struktur Komunitas dan Karakteristik Substrat Cacing Laut (polychaeta) di Perairan Pantai Mangrove Peniti, Kalimantan Barat (http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.676.9762&rep=rep1&type=pdf)
Bela Septian Trifianti
Tadris Biologi, Tarbiyah, IAIN Jember
NIM: T20158031
ABSTRAK
Praktikum porifera dan cnidaria inibertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi karakter morfologi specimen Platyhelminthes dan annelida berdasarkan kunci identifikasi, untuk mengklasifikasikan specimen Platyhelminthes dan annelida dan juga membuat dandogram specimen Platyhelminthes dan annelida, praktikum ini dilaksanakan pada waktu siang hari bertepat di hari senin di laboratorium terpadu IAIN jember.. kesimpulan dari praktikum ini bahwasanya sampel yang kami amati yaitu annelida, cacing laut,planaria dan polychaetae. Masing-masing cacing berbeda struktur anatomi maupun morfologinya. Dan mempunyai keunikan tersendiri.
Kata kunci: Platyhelminthes /praktikum; annelida /
.
PENDAHULUAN
Cacing tanah tergolong ke dalam Filum Annelida. Annelida berasal dari kata “Annulus” yang berarti cincin. Tubuh hewan ini terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen (Simandjuntak dan Walujo,1982). Cacing tanah dikelompokkan dalam ordo Oligochaeta. Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo=sedikit, chaetae=rambut kaku) merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta terdiri atas dua subordo yakni Archioligochaeta memiliki jumlah seta tidak sama setiap segmen, saluran jantan membuka pada satu segmen eksterior. Subordo Neooligochaeta (seta lumbricin atau perichaetin, lubang jantan tidak teratur pada segmen belakang saluran) (Stephenson, 1923). Di Indonesia telah diketahui terdapat 55 jenis cacing tanah
Ayat Al-Qur'an surat An-Nur ayat 45
Artinya : dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Cacing tanah sering merupakan komponen utama biomas makrofauna di dalam tanah. Hal ini disebabkan cacing tanah hidup kontak langsung dengan tanah dan memiliki kontribusi penting terhadap proses siklus unsur hara di dalam lapisan tanah, tempat akar tanaman terkonsentrasi. Selain itu lubang yang dibuat cacing tanah sering merupakan proporsi utama ruang pori makro di dalam tanah, sehingga cacing tanah dapat secara nyata mempengaruhi kondisi tanah yang berhubungan dengan hasil tanaman. Cacing tanah merupakan organisme tanah heterotrof, bersifat hermaprodit- biparental dari Philum Annelida, Kelas Clitellatta, Ordo Oligochaeta, dengan Famili
Lumbricidae dan Megascolecidae yang banyak dijumpai di lahan pertanian. Setelah melakukan kopulasi cacing tanah akan membentuk kokon pada klitelum sebagai tempat berkembangnya embrio. Kopulasi dan produksi telur biasanya dilakukan pada bulan-bulan panas. Megascolecidae banyak dijumpai di daerah tropika dan subtropika, sedangkan Lumbricidae merupakan jenis cacing tanah “camp followers” yang banyak tersebar pada tanah-tanah pertanian atau pada tempat-tempat kegiatan manusia yang banyak melakukan pemindahan tanah. Annelida mempunyai koloni di laut, air tawar, dan darat. Lebih dari 3500 spesiesnya disebut cacing tanah (Oligochaeta) yang hidup di dalam tanah termasuk di suspensi tanah pada akar tanaman, khususnya pada daerah hutan tropik basah, yang lainnya hidup di lumpur bawah permukaan air tawar atau dasar laut..
Cacing tanah ini merupakan bagian penting dari bentik fauna Cacing tanah mampu hidup 1−10 tahun dan dalam proses hidupnya dapat hidup melalui fragmentasi ataupun reproduksi dengan melakukan kopulasi membentuk kokon. Kopulasi dan produksi kokon biasanya dilakukan pada bulan panas. Anak cacing tanah menetas dari kokon setelah 2−3 minggu inkubasi, dan 2−3 bulan selanjutnya anak tersebut telah dewasa. Berdasarkan jenis makanan, cacing tanah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1) geofagus (pemakan tanah), 2) limifagus (pemakan tanah subur atau tanah basah), dan 3) litter feeder (pemakan bahan organik) (Lee 1985; Coleman dan Crossley 1996). Cacing tanah juga dapat dike- lompokkan berdasarkan tempat hidup, kotorannya, kenampakan warna, dan makanannya, yaitu epigaesis, anazesis, dan endogaesis (Tabel 1). Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah, karena tidak memiliki tulang belakang (invertebrata).
Cacing tanah tergolong ke dalam Filum Annelida. Annelida berasal dari kata “Annulus” yang berarti cincin. Tubuh hewan ini terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen (Simandjuntak dan Walujo,1982). Cacing tanah dikelompokkan dalam ordo Oligochaeta. Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo=sedikit, chaetae=rambut kaku) merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta terdiri atas dua subordo yakni Archioligochaeta memiliki jumlah seta tidak sama setiap segmen, saluran jantan membuka pada satu segmen eksterior. Subordo Neooligochaeta (seta lumbricin atau perichaetin, lubang jantan tidak teratur pada segmen belakang saluran) (Stephenson, 1923). Di Indonesia telah diketahui terdapat 55 jenis cacing tanah.
Dikatakan oleh Dewi (2007) bahwa cacing tanah epigeic peran utamanya adalah sebagai aktor pelumat dan pemotong seresah daun dan mentransformasikan menjadi bahan organik yang lebih stabil cacing ini tidak membentuk liang, berukuran kecil dan berwarna. Sedang cacing tanah anesic makan tanah dan seresah dipermukaan tanah kemudian dibawa masuk kedalam tanah, cacing ini berukuran besar; untuk bagian dorsal berwarna. Untuk cacing tanah endogeik adalah cacing tanah yang hidup dan memperoleh makanan didalam tanah, cacing ini tidak berwarna.
Cacing laut termasuk dalam filum Annelida kelas Polychaeta (Fauchald, 1977). Polychaeta berasal dari bahasa latin yang terdiri atas Poly dan chetae, poly artinya banyak sedangkan chetae merupakan bagian yang menyerupai rambut yang terletak di pinggir kanan dan kiri badan cacing. Ciri khas dari Polychaeta adalah banyaknya chetae yang terlihat seperti kaki-kaki di seluruh badannya. Anggota filum Annelida yang telah teridentifikasi sekitar 9.000 spesies dan sebagian besar terdiri atas Polychaeta sebanyak 8.000 spesies. Karena banyaknya spesies Polychaeta sehingga untuk membedakannya diperlukan keahlian antara spesies yang satu dengan yang lainnya. Bagian-bagian badan utama cacing laut pembeda famili dan genus adalah prostomium, peristomium, farink, parapodia, dan setae.
As their name implies, the body of segmented worms is divided into many segments, exactly like common earthworms. Segmented worms come in many different shapes and sizes. These worms can be both male and female at the same time, while others can change their gender. Some segmented worms look like feather dusters and live in tubes that they make themselves from sand, mud and mucus. If they something approaches too close they retract into their tube for safety. Other segmented worms, like Christmas tree worms burrow into live massive corals and use their feathery tentacles to.
Planaria merupakan salah satu spesies cacing pipih (Platyhelminthes) yang memiliki habitat di daerah dengan temperatur 18 -24'C dengan ketinggian antara 500 -1500 m dpl. Tubuh planaria tersusun dari bagian cranial, trunchus dan caudal. Bagian cranial terdapat kepala dengan sepasang eye spot yang berfungsi sebagai fotoreseptor dan sepasang auricle yang terletak dibagian lateral tubuh. Planaria merupakan hewan triploblastik aselomata dengan bentuk tubuh simetri bilateral. Tubuh planaria tersusun solid tanpa adanya coelom. Semua tempat yang terletak diantara organ viseral tersusun oleh mesenkim, yang lebih dikenal dengan sebutan parenkim Sistem pencernaan planaria tersusun atas mulut, pharynx, dan percabangan-percabangan intes) tin. Makanan masuk melalui mulut, melewati pharynx kemudian didistribusikan ke percabangan intestin untuk diabsorbsi. Planaria banyak digunakan sebagai indikator kualitas perairan terutama perairan tawar dimana perairan yang terdapat planaria hampir dapat dipastikan belum tercemar.
pada perairan tawar. Planaria merupakan hewan Avertebrata yang banyak sekali digunakan sebagai objek penelitian terutama karena kemampuan regenerasinya yang sangat tinggi. Beberapa spesies planana yang memiliki kemampuan regenerasi sangat tinggi mampu mengganti atau mereparasi bagian tubuh yang hilang atau rusak melalui pembentukan blastema. Kemampuan regenerasi pada planaria disebabkan oleh adanya pembentukan jaringan blastema serta adanya remodeling jaringan yang sudah ada sebelumnya.
METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin di waktu siang hari . Tempat praktikum di laboratorium terpadu IAIN jember. Bahan yang digunakan adalah 1. Specimen Platyhelminthes. 2. Specimen annelida. Sedangkan alat yang digunakan adalah 1. Alat seksi. 2. Papan seksi. 3. Kaca pembesar. 4. Penggaris. 5. Jarum pentul. 6. Buku identifikasi. 7. Lembar pengamatan dan alat tulis. Prosedur percobaan pertama pada pengamatan Platyhelminthes 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Letakkan specimen diatas papan seksi. 3. Amati specimen dengan menggunakan kaca pembesar (loup). 4. Catat karakter morfologi yang meliputi: a. bentuk tubuh. b. daerah anterior dan posterior. c. warna tubuh. d. simetri tubuh. e. ukuran tubuh (panjang dan lebar). 5. Gambarlah secara skematis specimen dan beri keterangan bagian-bagian tubuh yang ditunjuk yaitu planaria : a. kepala dan badan. b. anterior dan posterior. c. eyespot. d. auricle. e. mulut. f. pharynx. g. rongga gastrovascular 6. Tulis klasifikasinya mulai tingkat kingsom sampai spesies, tulis kunci identifikasinya dan buatlah dendogram berdasarkan karakter morfologi yang telah diamati. 7. Analisis hasil pengamatan. Prosedur ke dua pada pengamatan annelida 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Letakkan specimen diatas papan seksi . 3. Amati specimen dengan menggunakan kaca pembesar (loup). 4. Catat karakter morfologi yang meliputi: a. bentuk tubuh. b. Daerah anterior dan posterior. c. warna tubuh. d. simetri tubuh. e. ukuran tubuh (panjang dan lebar). 5. Gambarlah secara skematis specimen dan beri keterangan bagian-bagian tubuh yang ditunjuk yaitu pertama polychaeta: a. parapodia. b. palpi. c. prostomium. d. peristomial ciri (tentacles). e. peristome. f. setae. g. mulut. h. mata. i. pigidium dan anus. j. cirrus. k. pembuluh darah dorsal. l. atoke dan epitoke, tunas (bud). m. segmen atau metamer. Kedua cacing tanah: a. pygidium. b. prostomium. c. mulut. d. segmen atau metamer. e. clitellum. f. pembuluh darah dorsal. g. setae. h. segment 10. i. opening of ductus deferens. j. female genital pore. k. anus . 6. Tulis klasifikasinya mulai tingkat kingdom sampai spesies, tulis kunci identifikasinya dan buatlah dendogram berdasarkan karakter morfologi yang telah diamati. 7. Analisis hasil pengamatan.
Hasil
PEMBAHASAN
Dari hasil tersebut diperoleh bahwa ada 4 cacing yang kami teliti yaitu annelida, cacing laut,planaria dan polychaetae. Masing-masing cacing berbeda struktur anatomi maupun morfologinya. Pada platyhelmintes cacing laut yang telah diamati termasuk kingdom animalia Filum plathyhelmintes Class polycladidae Ordo policladida Family Pseudoceotidae Genus pseudobiceros. Bentuk morfologinya yaitu Bentuk Tubuh melebar, daerah anterior dan posterior warna tubuh putih kekuningan dengan bintik coklat ,simetri tubuh simetris bilateral. Sedangkan pada annelida termasuk Kingdom animalia , family Annelida, Class cliteliata , Ordo Haplotaxida Family lumbricidae , Genus lumbricus , Spesies lumbricus Sp. Bentuk morfologinya bentuk tubuh : memanjang dan bersegmen daerah anterior dan posterior terlihat jelas, warna tubuh hitam kecoklatan simetri tubuh simetri bilateral ukuran tubuh p= 18 cm dan L=0,6 cm cilitelium berada pada sigmen ke 11-16, lubang vas deveres berada pada segmen ke 20. Pada Polychetae termasuk kingdom animalia filum annelida class polychaeta sub kelas aciculate ordo phyllodocida
family nereididae genus alitta. Karakter morfologinya bentuk tubuh memanjang dan bersegmen
warna tubuh hijau kekuningan simetri tubuh simetri bilateral ukuran tubuh p= 1 cm, l= ²,4 cm. planaria termasuk kingdom animalia filum platyhelminthes kelas rhabditophora ordo tridodida family dugesiidae genus dugesia spesies dugesia s. karakteristik morfologi nya bentuk tubuh pipih
daerah anterior dan posterior warna tubuh coklat bening simetri tubuh bilateral panjang tubuh 0,4 cm /4mm.
Reproduksi cacing planaria dengan cara seksual dan aseksual . cara seksual dilakukan dengan dua planaria saling melekat pada sisi ventral-posterior tubuhnnya dan terjadi kopulasi, penis masing-masing dimasukkan kedalam atrium genitalis. Sperma dari vesikula seminalis pada sistem reproduksi jantan masing-masing masuk ke seminal receptacle cacing sepasangnya, saling bertukar sperma dari janan ke organ kelamin betina disebut fertilisasi internal. Polychaeta memiliki panjang 5-10 cm dan diameter 2-10 mm. warna sangat indah, merah,kesumba, hijau, atau perpaduan beberapa warna.
SIMPULAN
Pada praktikum yang telah kami lakukan annelida, cacing laut,planaria dan polychaetae. Masing-masing cacing berbeda struktur anatomi maupun morfologinya. Dan mempunyai keunikan tersendiri. Platyhelminthes mempunyai anterior, ocelli, fariynx, Male genopore, female genopore, oviduk investine, Posterior, Annelida Clitellum segmen ke 30 anterior, posterior, lubang vasopterens, Anus, mulut, Segmen ke 10. Ciri-ciri khas Platyhelminthes yaitu tubuh simetri bilateral, epidermis atau ektodermis lunak, sistem pencernaan tidak lengkap, reproduksi sesual.
DAFTAR PUSTAKA
Http://biosmaga.files.wordpress.com/2011/04/platyhelminthes.pdf diakses pada 23 maret 2018
Architectonics of the central nervous system of Acoela, Platyhelminthes, and Rotifera (http://link.springer.com/article/10.1134/5002209300801012) diakses pada 23 maret 2018
Mengenal Jenis-Jenis Cacing Laut dan Peluang Budidayanya untuk Penyediaan Pakan Alami di Pembenihan Udang
(http://ejournal-litbang.kkp.go.id/index.php/ma.article/view/363) diakses pada 23 maret 2018
Jenis-jenis Cacing Tanah (Oligochaeta) yang Terdapat di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai Sumetra Barat
(http://jbioua.fmipa.unand.ac.id/index.php/jbioua/article/view/94) diakses pada 23 maret 2018
Prospek Cacing Tanah untuk Pengembangan Teknologi Resapan Biologi di Lahan Kering (http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3274085.pdf ) diakses pada 23 maret 2018
Struktur Komunitas dan Karakteristik Substrat Cacing Laut (polychaeta) di Perairan Pantai Mangrove Peniti, Kalimantan Barat (http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.676.9762&rep=rep1&type=pdf)
Komentar
Posting Komentar